Subsidi BBM Menjerat Pemerintah

BBM SUBSIDI
Pemerintah terjerat politik anggarannya sendiri. Karena mengedepankan popularitas dan pencitraan ketimbang rasionalitas ekonomi, pemerintah terancam tercekik anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang bakal terus melonjak.

Pemantik lonjakan subsidi itu adalah harga minyak dunia yang bertahan tinggi di kisaran US$100/barel. Sejak awal Mei lalu harga pertamax mencapai Rp9.050/liter atau dua kali lipat daripada harga premium yang Rp4.500, menyebabkan mereka yang selama ini mengonsumsi BBM nonsubsidi beralih ke BBM subsidi. Ini membuat beban anggaran semakin berat.

Akan tetapi, pemerintah bergeming. Pemerintah mengunci berbagai opsi penghematan BBM yang pernah dibuat, termasuk juga opsi menaikkan harga BBM.

Pemerintah bertindak seolah bukan soal, berapa pun biaya yang harus dikeluarkan untuk menyubsidi BBM. Sebab, subsidi dianggap sebagai satu-satunya cara untuk membantu perekonomian rakyat.
Padahal anggaran subsidi itu praktis habis terbakar di jalan raya, terutama oleh kendaraan pribadi. Adalah lebih bermanfaat bagi perekonomian apabila subsidi BBM itu dikurangi dan anggarannya dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan transportasi massal.

Transportasi massal yang bersih, lancar, dan aman akan mendorong masyarakat mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan beralih ke kendaraan umum sebagai transportasi primer.

Sebab, tidak rasional lagi terus-menerus menyubsidi harga BBM tanpa batas dan membiarkan rakyat tidak tahu bahwa harga minyak sudah mencekik anggaran negara. Lagi pula merupakan satu pembodohan bagi rakyat bila mereka dibiarkan memboroskan BBM yang kini masih mengandalkan energi fosil, yang tidak terbarukan, dan sebentar lagi bakal habis.

Jadi, sangat perlu dan penting untuk mulai mengedukasi masyarakat soal keterbatasan energi sehingga rakyat mau berhemat.

Di lain pihak, pemerintah harus konsisten mengembangkan energi alternatif yang terbarukan secara konsisten serta menjamin tersedianya dari hulu hingga hilir.

Tanpa menutup mata atas terjadinya ledakan tabung gas di sejumlah tempat, pemerintah pernah sukses dengan program konversi minyak tanah ke elpiji. Berdasarkan kenyataan itu, pemerintah seharusnya juga mampu untuk mengonversi penggunaan energi fosil ke energi alternatif.

ERA MINYAK MURAH SUDAH BERAKHIR. Ini kenyataan pahit yang harus dihadapi. Jadi, pemerintah jangan bunuh diri dengan politik anggaran yang mengedepankan citra.

MOTIVATOR TODAY :

Kesibukan Anda untuk berkenalan
dengan banyak orang,
untuk memperbesar jumlah orang
yang Anda kenal,
TIDAK besar dampaknya bagi kebaikan karir Anda.
...
Keputusan untuk menggunakan tenaga,
jasa, dan kompetensi bisnis yang ada pada diri Anda,
diputuskan oleh mereka yang MENGENAL
dan PERCAYA kepada kualitas Anda.

Yang mengenal Anda,
lebih berperan bagi keberhasilan Anda
daripada mereka yang Anda kenal.