Bendera Negara Islam Indonesia |
"Ini fakta, mereka (NII), ternyata sudah jauh bergerak. Bahkan, bisa mengatur dan menentukan mahasiswa menerima beasiswa," kata DI
Ia bahkan pernah mengalaminya sendiri. DI mengaku ditawari beasiswa, syaratnya, ia harus bergabung ke NII dan mengikuti tahapan-tahapan yang diwajibkan. "Anda bisa mendapat beasiswa, tidak ada kendala. Semua bisa diatur, kami punya orang untuk bagian itu," urainya menirukan ucapan kelompok NII saat itu.
Namun, bukan berarti tawaran beasiswa itu tanpa perikatan. "Penerima hanya mendapat separuh. Selebihnya, dikatakan untuk membayar tebusan perbuatan dosa plus denda selama hidup, termasuk untuk biaya baiat," ujarnya.
DI memutuskan untuk menceritakan pengalamannya lantaran tersentuh melihat fakta di media. Ia tidak tega banyak mahasiswa 'tersesat' dengan ulah kelompok tersebut.
Dia menceritakan, perkenalannya dengan perekrut NII berawal dari perpustakaan. Kemudian, dilanjutkan dengan kunjungan rutin ke kamar kos, pertemuan di sejumlah tempat dengan jumlah pengikut lebih banyak.
NII, tambah dia, memang mengincar kalangan kampus. Mereka, dipastikan terlatih, sangat tekun dan telaten membidik calon pengikut hingga akhirnya bergabung dengan NII. "Siang dan malam mereka terus 'berjuang' mencari dukungan, khususnya di kalangan mahasiswa. Baik di kampus atau rumah kos," lanjutnya.
Sejak itu, sentuhan hati dilakukan termasuk materi dasar aqidah dan keimanan. Kemudian, masuk ke materi NKRI yang disebut 'negeri kotor'. Oleh karena itu, para pengikut harus segera melakukan hijrah untuk menuju kesempurnaan. "Karena, semua ibadah hanya sia-sia jika masih bernaung di NKRI," tuturnya.
Lalu, bagaimana untuk mengelak dari rayuan NII? DI memberikan tips. "Untuk membentengi itu, hanya dengan cinta Islam dan cinta Tanah Air, menurut saya yang paling ampuh. Selebihnya, mengisi waktu dengan aktif di kegiatan ekstra kampus," tegas lelaki yang kini aktif di organisasi Majelis Sinergis Khalam.
Motivator Today :
MENGAPAKAH ADA ORANG BAIK